Cerita Sex Enaknya Bertukar Pasangan

Kumpulancerita17tahun.blogspot.com - Aku terbangun karena hp ku berdering. Kulihat Nadia , abg yang kunikmati tadi malam, masih terlelap. dadanya yang montok bergerak seiring dengan tarikan napasnya. Pengen aku menggelutinya lagi, tetapi temanku Ardi sedang menunggu diujung hp. Aku keluar kamar supaya Nadia  tidak terganggu dengan pembicaraanku.

“Baru bangun ya”, terdengar suara Ardi diujung sana.
“Iya, mau ngapain pagi gini dah nelpon, masih ngantuk”, jawabku.
“Gini hari baru bangun, udah jam 10 nih. Pasti ngegarap abg ya”.
“iya lah”, jawabku. “Ada apa”.
“Tukeran abg yuk, aku semalam main ama pembantu sebelah”.
 “Pembantu? emangnya gak ada cewek yang lain”, kataku, rada kesel.
Masak Nadia  mau dituker ama pembantu.
“Tunggu dulu, biar Cuma pembantu yang ini ok punya bro…”
“Masak sih, kalo cewekku Nadia , anak skolahan, montok dan binal kalo di ranjang”, jawabku lagi.

“Ya udah, kita tukeran aja, mau enggak. Kalo mau aku ama Meisya cabut kerumahmu sekarang”. Aku tertarik juga dengan tawaran, pengen juga aku ngeliat kaya apa sih pembantu yang katanya kaya anak gedongan, “Ok, dateng aja”. Pembicaraan terhenti. Aku kembali ke kekamar.
Nadia  udah bangun.
“Ada apa om, mau maen lagi gak”, katanya sambil tersenyum.
“Belum puas semalem ya Din. Temen om tadi nelpon ngajakin om tuker pasangan. Nadia  mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok nggarap cewek abg kaya Nadia ”, jawabku.
“Kalo nikmat ya Nadia  sih mau aja”, Nadia  bangun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi.
Aku menyusulnya. Sebenarnya aku nafsu  lagi ngeliat Nadia  yang masih telanjang bulat, tetapi karena Meisya mau dateng ya aku tahan aja nafsu ku.
“Om, burungnya berdiri  lagi tuh, maen lagi yuk”, ajak Nadia  sambil ngocok penis ku.
“Kan Nadia  mau maen ama temennya om, nanti aja maennya. Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku.

Sehabis mandi, kita sarapan. Nadia  tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celMeisya pendek saja. Selesai makan aku menarik Nadia  saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Nadia  kupeluk dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 toket montoknya. Nadia pun gak mau kalah, penis ku digosok2nya dari luar celMeisya ku.

Sedang asik, Ardi dan Meisya datang. Ardi sudah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2. Meisya ternyata cantik juga, seperti bintang sinetron berdarah arab yang aku lupa namanya. Meisya make pakean ketat, sehingga toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan. Meisya terkejut melihat Nadia  yang bertelanjang bulat. Kuperkenalkan Nadia  pada Ardi, Ardi langsung menggandeng Nadia  masuk ke rumah.
“An, Ardi bilang dia nikmat banget bobok  sama kamu, Vagina kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, kataku sambil mencium pipinya.
 “An, kamu nafsu in banget, tetek besar dan pantat juga besar”.
“Nadia  kan juga nafsu in pak”, jawabnya sambil duduk disebelahku di dipan.
 “Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku sambil memeluknya.

Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.

Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya. Meisya menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang.
“Om….” Meisya memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh nafsu .
Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas toketnya yang montok.
”An, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol.

Dia menatapku. Meisya akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Meisya membuka pengait BH-nya di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Meisya ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya.

Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketnya semakin menantang.
“toketmu bagus, An”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya.
Perlahan aku menarik turun cup BH-nya. Mata Meisya terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Meisya mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya.

Dapatkan berita sepakbola Euro 2016

“Egkhh..” rintih Meisya ketika mulutku melumat pentilnya.
Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Meisya menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku mencium toket Meisya yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Ana. Sambil menciumi toket Ana, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Ana.

Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba Vaginanya yang masih tertutup oleh celMeisya jeans ketat yang dikenakan Ana. Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Meisya tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Meisya yang tergolek di dipan, menantang.

Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. CelMeisya jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Ana, aku lalu membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Ana.

Kubelai lagi toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Meisya menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celMeisya jeans Meisya yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Meisya yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas Vaginanya, basah. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Ana. Pinggul Meisya perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.

aku menyuruh Meisya untuk membuka celMeisya jeans yang dipakainya. Tangan kanan Meisya berhenti pada permukaan kancing celananya. Meisya lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celMeisya jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar Vaginanya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya. Aku membantu menarik turun celMeisya jeans Ana. Pinggulnya agak Nadia ikkan ketika aku agak kesusahan menarik celMeisya jeans Ana. Akupun melepas celMeisya pendekku.

Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya untuk menyentuh penis ku dari luar CD ku.

“Oh..” Meisya menyentuh penis ku yang tegang.
“Kenapa, An?” tanyaku. Meisya tidak menjawab, malah melorotkan CD ku.
Langsung penis ku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.
Belaiannya begitu mantap menandakan Meisya juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini.

“Tangan kamu pintar juga ya, An,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok penis ku.
“Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan.
“Om sama Nadia  semalem maen berapa kali?” tanyanya sambil terus mengurut-urut penis ku.
“Kamu sendiri semalem maen berapa kali sama Ardi?” aku malah balik berrtanya.
Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapa nafsuku tiba-tiba semakin liar. Meisya akhirnya bercerita kalau Ardi nafsu  sekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa kali Arif meminta, Meisya pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit Vagina Meisya yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Meisya keenakan.

“Kamu biasa ngisep kan, An?” tanyaku.
Meisya tertawa sambil mencubit penis ku. Aku meringis.
“Kalo punya om mMeisya bisa?” ujarnya.
“Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran.
“Nggak muat di mulutku,” selesai berkata demikian Meisya langsung tertawa kecil.
“Kalau yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam Vaginanya.
Meisya merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang Vaginanya. Aku merasakan Vaginanya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau penis ku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.

Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Meisya meringis. Diusapnya lembut penis ku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok penis ku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok. Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar Vagina Ana. kuraba permukaan Vagina Ana.

Jari tengahku mempermainkan i tilnya yang sudah mengeras. penis ku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Ana, sementara Vagina Meisya juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok Vaginanya. Kupeluk tubuh Meisya sehingga penis ku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Meisya membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku.

Kedua telapak tanganku meraih pantat Ana, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Meisya dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Ana. Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan penis ku ke bibir Vaginanya. Meisya mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam.

Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Meisya menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki Vaginanya.”Aku ingin mebobok mu, An” bisikku pelan, sementara kepala penis ku masih menempel di belahan Vagina Ana. Kata ini ternyata membuat wajah Meisya memerah. Meisya menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun penis ku yang perlahan menyusup ke dalam Vagina Ana.

Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti penis ku membelah Vaginanya yang ternyata begitu kencang menjepit penis ku. Vaginanya begitu licin hingga agak memudahkan penis ku untuk menyusup lebih ke dalam. Meisya memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan.
Namun aku tak peduli.

“Om, gede banget, ohh..” Meisya menjerit lirih.
Tangannya turun menangkap penis ku.
“Pelan om”. Soalnya aku tahu pasti ukuran penis  Ardi tidaklah sebesar yang kumiliki.
Akhirnya penis ku terbenam juga di dalam Vagina Ana. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding Vagina Ana.

Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Meisya sambil perlahan-lahan menarik penis ku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Meisya membuka kelopak matanya. Meisya menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati penis ku yang keluar masuk dari dalam Vaginanya.

“Aku suka Vaginamu, An.. Vaginamu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan.
Sungguh, Vagina Meisya enak sekali.
“Kamu enak kan, An?” tanyaku lalu dijawab Meisya dengan anggukan kecil.
Aku menyuruh Meisya untuk menggoyangkan pinggulnya. Meisya langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya.
“Suka penis ku, An?” tanyaku lagi.
Meisya hanya tersenyum. penis ku seperti diremas-remas ditambah jepitan Vaginanya.
“Ohh.. hh..” aku menjerit panjang.

Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan penis ku ke dalam Vagina Ana.
Kuperhatikan penis ku yang keluar masuk dari dalam Vaginanya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Meisya semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Meisya yang semakin tidak terkendali.

“An.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.
“Meisya juga, om”, jawabnya. Meisya merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.
Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata,
“aduh” yang diucapkan terputus-putus.

Aku merasakan Vagina Meisya semakin berdenyut sebagai pertanda Meisya akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Meisya hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam.
“Ohh.. hh.. om..” jerit Meisya panjang.

Aku membenamkan penis ku kuat-kuat ke Vaginanya sampai mentok agar Meisya mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
“An, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.

Meisya yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari penis ku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Meisya juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Meisya kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya. Telapak tanganku mencengkram toket Ana. Kuraup semuanya sampai-sampai Meisya kesakitan.

Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi Vaginanya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Meisya pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Ana. penis ku masih berada di dalam Vagina Ana. Meisya mengusap-usap permukaan punggungku.
“Meisya puas sekali dien tot om,” katanya.

Aku kemudian mencabut penis ku dari Vaginanya. Dari dalam Ardi keluar sudah berpakaian lengkap.
“Pulang yuk An, sudah sore”, ajaknya.

Aku masuk kembali ke kamar. Nadia  ada di kamar mandi dan terdengar shower nyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Nadia  keluar hanya bercelMeisya pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Nadia  berbaring diranjang telanjang bulat.
“Kenapa Din, lemes ya dien tot Ardi”, kataku.

 “Lebih enak bobok  sama om, penis  om lebih besar soalnya”, jawab Nadia  tersenyum.
“Malem ini kita men lagi ya om”. Hebat banget Nadia , gak ada matinya. Pengennya dien tot terus.
“Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian.
Nadia  pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Tangan Nadia  bergerak menggenggam penis ku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada penis ku. Nadia  mulai bergerak turun naik menyusuri penis ku yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala penis ku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya.

Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas toketnya. Tangan Nadia  menggenggam penis ku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Nadia  masukan penis ku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Nafsu ku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Nadia  pada penis ku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutnya.

Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh Vaginanya dengan lembut. Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Nadia  menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di Vaginanya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam Vaginanya. penis ku kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar.

Aku menciumi bibir Vaginanya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Nadia  mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. penis  kutempelkan pada bibir Vaginanya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Nadia  merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Vaginanya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena licin.

Nadia  terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala penis ku menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang.

“Om.?” panggilnya menghiba.
“Apa Din”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa.
“Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan penis .
Sementara Nadia  benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahinya.
“Nadia  sudah pengen dien tot om”, katanya.

Nadia  melenguh merasakan desakan penis ku yang besar itu. Nadia  menunggu cukup lama gerakan penis ku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, penis ku juga panjang. Nadia  sampai menahan nafas saat penis ku terasa mentok di dalam, seluruh penis ku amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar.
Semakin membanjirnya cairan dalam Vaginanya membuat penis ku keluar masuk dengan lancarnya. Nadia  mengimbangi dengan gerakan pinggulnya. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai bagian-bagian peka di Vaginanya. Nadia  bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. penis ku menjejali penuh seluruh Vaginanya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan penis ku sangat terasa di seluruh dinding Vaginanya.

Nadia  merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Nadia  mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Nadia  merasakan kepuasan tak terhingga bobok  denganku. Aku bergerak semakin cepat. penis ku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Nadia  meregang tak kuasa menahan nafsu ku, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras.

Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. penis ku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Nadia  meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya dengan erat. Nadia  membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya kuat-kuat. Nadia  meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang.

“om..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya nersamaku.
Aku menciumi wajah dan bibirnya. Nadia  mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya penis ku yang masih tegak itu. Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok penis ku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Nadia  langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. Vaginanya berada persis di atas penis ku.
“Akh!” pekiknya tertahan ketika penis ku dibimbingnya memasuki Vaginanya.
Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh penis ku. Selanjutnya Nadia  bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik.

“Ouugghh.. Din.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya.
Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Nadia  berkutat mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku.

Tusukan penis ku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur. Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Nadia  pun merasakan desakan yang sama. Nadia  terus memacu sambil menjerit-jerit histeris.

Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri Vaginanya. Nadia  pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya. Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Nadia  berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “om, nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Nadia  lemes, demikian pula aku. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! akhirnya kami tertidur kelelahan.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Cerita Sex Enaknya Bertukar Pasangan "

  1. Halo Bosku ^^
    Segera Daftarkan ID di www. SmsQQ .com
    Ada 4 Permainan Dalam 1 ID
    Bandar Q,Poker,Domino QQ,Bandar Poker
    www. SmsQQ .com Juga Menyediakan Promo Menarik
    Bonus Turn Over Terbesar
    Bonus Refferal Seumur Hidup
    Minimal deposit 10rb
    BBM :2AD05265
    WA:+855968010699
    Skype:smsqqcom@gmail.com
    Ditunggu Kehadirannya Bosku di www,SmsQQ,com

    BalasHapus